Hujan dimalam itu
Menyiratkan hatiku yang gerimis
Gundah hendak kemana
Tiada tempat untukku bercerita
Tentang isi hati ini
Kusapa dirimu nun jauh disana
Ibu, aku rindu padamu
Sudah lama kita tiada bersua
Belaianmu hadir dalam mimpi saja
Hingga hari ini....
Kala kau angkat telepon itu
Kaupun tersedu mendengar tuturku
Yang selalu meminta dan meminta
Restu Ibu, hanya itu yang kupinta
Ibu... Isi hatiku telah kau tahu
Akupun tiada kuasa tahan air mata
Terharu, akan restu agung ibu
Hingga terlantunlah puja-puji doa
Ibu... Kasihmu tiada tara
Hanya Allah saja yang sanggup membalas
Segala kasih yang kau beri untukku
Karena aku tidak akan pernah bisa
Membalas cintamu sampai kapanpun jua
Hujan dimalam itu
Tiada pernah kulupa
Saat kuarungi lautan cinta
Dari seorang Ibu
Kamis, September 15, 2005
Senin, September 12, 2005
Khianat Seorang Sahabat
Musim gugur...
Begitu aku menyebut hari ini
Daun-daun berjatuhan indah
Dan sang musafir pun tersenyum
Seharusnya kunikmati hari
Karena aku akan bertemu seorang jundi
Namun, tergagap aku mendengar berita itu
Mulut seorang sahabat menyebar angkara
Dibelakangku menyebar bisa
Sahabat, kurang apakah kepercayaanku
Sehingga kau gali rahasiaku
Bukankah engkau sudah tahu banyak
Tentang diriku, sang musafir
Mengapa kau cari rahasia dibalik itu
Sahabat, aku sudah menganggap saudara padamu
Dan akupun sangat percaya ketulusanmu
Kaulah saudaraku yang terdekat di tanah rantau ini
Mengapa kau khianati diriku?
Mencari sesuatu yang tidak mampu kuceritakan padamu
Tidak bolehkah jika aku memiliki privacy?
Sahabat, setelah kejadian ini
Seharusnya aku membencimu
Walaupun aku tetap memaafkanmu
Tapi akan ku ingat selalu peristiwa ini
Sayatan lidahmu telah melukai korbannya
Akulah korbanmu...
Aku tidak akan menuangkan jeritan hati padamu
Karena engkau telah melanggar batas yang kubuat
Kemesraan diantara kita telah menjadi buih
Hancur akibat keingintahuanmu
Maafkan diriku yang lemah ini
Yang tidak mampu membendung amarah kepadamu
Hanya satu yang ingin ku ucap, Selamat Tinggal... .
Begitu aku menyebut hari ini
Daun-daun berjatuhan indah
Dan sang musafir pun tersenyum
Seharusnya kunikmati hari
Karena aku akan bertemu seorang jundi
Namun, tergagap aku mendengar berita itu
Mulut seorang sahabat menyebar angkara
Dibelakangku menyebar bisa
Sahabat, kurang apakah kepercayaanku
Sehingga kau gali rahasiaku
Bukankah engkau sudah tahu banyak
Tentang diriku, sang musafir
Mengapa kau cari rahasia dibalik itu
Sahabat, aku sudah menganggap saudara padamu
Dan akupun sangat percaya ketulusanmu
Kaulah saudaraku yang terdekat di tanah rantau ini
Mengapa kau khianati diriku?
Mencari sesuatu yang tidak mampu kuceritakan padamu
Tidak bolehkah jika aku memiliki privacy?
Sahabat, setelah kejadian ini
Seharusnya aku membencimu
Walaupun aku tetap memaafkanmu
Tapi akan ku ingat selalu peristiwa ini
Sayatan lidahmu telah melukai korbannya
Akulah korbanmu...
Aku tidak akan menuangkan jeritan hati padamu
Karena engkau telah melanggar batas yang kubuat
Kemesraan diantara kita telah menjadi buih
Hancur akibat keingintahuanmu
Maafkan diriku yang lemah ini
Yang tidak mampu membendung amarah kepadamu
Hanya satu yang ingin ku ucap, Selamat Tinggal... .
Langganan:
Postingan (Atom)